Pemilihan pelarut merupakan hal mendasar dalam mendapatkan proses
ekstraksi optimal. Pilihan pelarut didasarkan pada kelarutan senyawa target
(selektifitas), interaksi antara pelarut dan matriks bahan, dan faktor disipasi.
MAE bisa dilakukan tanpa pelarut. Sistem kelenjar dan pembuluh bahan (tanaman)
mengandung air yang dapat menyerap gelombang mikro. Pemanasan cepat dalam sel
bahan menyebabkan pemecahan sel dan pengeluaran senyawa target ke dalam pelarut
dingin secara efektif (Mandal et al., 2007).
Volume pelarut juga faktor kritis dalam ekstraksi. Prinsipnya adalah
volume pelarut harus mencukupi untuk melarutkan senyawa target dan memanaskan
sel. Rasio pelarut:matriks padatan tinggi memerlukan pengadukan (stirring)
pelarut selama ekstraksi. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa jumlah bahan
dan volume pelarut yang dipakai dalam MAE berkisar antara miligram dan
mililiter (dalam skala laboratorium). Efisiensi pemanasan pelarut perlu
diperhatikan karena mempengaruhi tingkat evaporasi pelarut (Mandal et al., 2007).
Waktu merupakan parameter penting dalam ekstraksi. Umumnya, waktu
ekstraksi berkorelasi positif terhadap jumlah senyawa target, walaupun terdapat
resiko terjadinya degradasi senyawa target itu sendiri. Waktu ekstraksi
tergantung pada bahan yang diekstrak. Penelitian optimasi waktu ekstraksi
penting dilakukan karena waktu ekstrasi mungkin bervariasi terhadap bagian
bahan yang berbeda. Waktu ekstraksi dipengaruhi oleh nilai dielektrik pelarut.
Pemaparan pelarut seperti air, etanol, dan metanol yang lama memberi resiko
pada senyawa target termolabil (Mandal et al., 2007).
Daya dipilih secara tepat untuk menghindari suhu degradatif senyawa target
dan kelebihan tekanan dalam proses ekstraksi. Pemecahan sel pada daya rendah
terjadi secara berangsur-angsur. Sebaliknya, daya tinggi beresiko meningkatkan
degradasi termal senyawa target. Daya gelombang mikro saling dipengaruhi oleh
waktu ekstraksi dan suhu ekstraksi. Kombinasi dari daya rendah-sedang dan waktu
ekstraksi yang panjang merupakan pendekatan kondisi ekstraksi terbaik. Suhu
tinggi dan daya tinggi mengintensifkan pemecahan dinding sel. Namun, dapat
memungkinan degradasi senyawa target secara termal (Mandal et al., 2007).
Ukuran partikel bahan mempengaruhi hasil ekstraksi. Ukuran partikel efektif
berkisar 100 μm hingga 2 mm. Bubuk halus (fine powder) mempermudah
kontak matriks bahan-pelarut dengan memberikan luas permukaan besar dan jarak
tempuh bahan-pelarut yang pendek. Umumnya, pemusingan (centrifugation), penyaringan
(filtration), dan pemerasan (squeezing) dilakukan untuk memisahkan
bubuk halus dari pelarut (Mandal et al., 2007). Rendemen ekstraksi saponin dari gingseng
berkorelasi negatif ukuran partikel bahan (Shu
et al., 2003).
Suhu ekstraksi merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam MAE. Suhu tinggi
meningkatkan pengeluaran (desorption) senyawa dari bagian aktif (active
sites) karena perusakan sel bahan meningkat. Suhu ekstraksi meningkatkan
suhu pelarut secara konvektif. Pelarut panas mengalami penurunan tegangan
permukaan (surface tension) dan viskositas (viscosity). Keadaan
ini meningkatkan daya pembasahan (wetting) bahan dan penetrasi matriks (Jain
et al., 2009). Sebaliknya, suhu tinggi memerlukan
perhatian keselamatan (safety) yang lebih intensif dalam menggunakan pelarut
mudah terbakar (Kaufmann dan Christen, 2002). Suhu
tinggi yang berlebihan dapat berdampak pada degradasi senyawa target secara
termal (Calinescu et al., 2001).
pH medium ekstraksi juga mempengaruhi proses ekstraksi. pH menentukan
tingkat kelarutan senyawa target dan mempengaruhi kestabilan senyawa target dalam
pelarut ekstraksi (Kaufmann
dan Christen, 2002). Jumlah
proses ekstraksi juga meningkatkan efisiensi ekstraksi. Misalnya, empat
ekstraksi dengan 50 ml pelarut lebih efisien dibanding satu ekstraksi dengan
200 ml pelarut. Biasanya, rendemenen dapat maksimal dengan 3-5 proses ekstraksi
bahan secara berturut-turut (Teresa, 2003).
Beberapa perlakuan dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
ekstraksi. Peluluhan awal (pre-leaching) bahan kering pada suhu ruang
oleh kandungan air alami matriks bahan meningkatkan efektifitas ekstraksi. (Calinescu
et al., 2001). Perendaman, sebagai perlakuan pendahuluan
(pretreatment), meningkatkan efektifitas dan selektifitas pemanasan.
Bahan menyerap gelombang mikro dan menghasilkan panas berasal dari pemanasan
radiasi dan pemanasan kovektif pelarut terhadap bahan yang (Mandal et al., 2007).
Calinescu, I., Ciuculescu, C., Popescu, M., Bajenaru,
S., & Epure, G. (2001). Microwaves Assisted Extraction of Active
Principles from Vegetal Material. Romanian International Conference on
Chemistry and Chemical Engineering , 12, 1-6.
Jain, T., Jain, V., Pandey,
R., Vyas, A., & Shukla, S. S. (2009). Microwave Assisted Extraction for
Phytoconstituents – An Overview. Asian Journal Research Chemistry ,
1 (2), 19-25.
Kaufmann, B., &
Christen, P. (2002). Recent Extraction Techniques for Natural Products:
Microwave-assisted Extraction and Pressurised Solvent Extraction. Phytochemical
Analysis , 13, 105-113.
Mandal, V., Mohan, Y.,
& Hemalatha, S. (2007, January-May). Microwave Assisted Extraction – An
Innovative and Promising Extraction Tool for Medicinal Plant Research. Pharmacognosy
Reviews , 1 (1), pp. 7-18.
Shu, Y. Y., Koa, M. Y.,
& Chang, Y. S. (2003). Microwave-Assisted Extraction of Ginsenosides from
Ginseng Root. Microchemical Journal , 74, 131–139.
Teresa, M. (2003). Polyphenol
Extraction from Food. Florida: Taylor & Francis e-Library.
0 comment:
Post a Comment