Gelombang mikro adalah radiasi elektromagnetik berfrekuensi 0,3-300 GHz (Kaufmann dan Christen, 2002). Menurut Mandal et al. (2007), efek pemanasan gelombang mikro maksimum terjadi pada pemanasan
frekuensi 2450 MHz dengan energi luaran 600-700 watt. Gelombang mikro terbentuk
dari dua medan kumparan tegak lurus (oscillating perpendicular fields),
yaitu medan elektris dan medan magnetik. Gelombang mikro dalam MAE berperan
sebagai vektor energi kepada bahan yang mampu menyerap dan mengubah energi menjadi
panas secara radiasi (Jain
et al., 2009).
Spektrum Gelombang Elektromagnetik |
Efek pemanasan gelombang mikro berdampak nyata pada senyawa polar dan
bersifat transparan terhadap senyawa non-polar. Pemanasan senyawa polar diatur
oleh fenomena yang simultan, yaitu konduksi ionik dan rotasi dipol. Konduksi
ionik adalah migrasi elektroforetik ion di bawah pengaruh perubahan muatan
medan. Nilai tahanan bahan untuk melakukan migrasi ion menghasilkan friksi
sehingga memanaskan larutan (Kaufmann dan Christen, 2002). Nilai resistansi tersebut dipengaruhi oleh
jenis bahan.
Pada frekuensi lebih besar dari 2450 MHz, komponen elektris berubah dengan lebih cepat sehingga molekul-molekul tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk memulai penyusunan kembali.. Jika frekuensi gelombang lebih rendah dari 2450 MHz, komponen elektris berubah dengan lebih lambat sehingga molekul-molekul mendapatkan cukup waktu untuk melakukan penyusunan kembali molekul tanpa terjadi vibrasi. Kedua fenomena di atas ini menyebabkan tidak terjadinya gaya friksional dan tidak timbulnya panas. Berdasarkan mekanisme di atas, hanya senyawa dieletrik dengan dipol-dipol permanen yang dapat dipanaskan dengan gelombang mikro (Mandal et al., 2007).
Rotasi dipol berarti penyusunan kembali (realignment) dipol-dipol
molekul terhadap medan elektris yang berubah-ubah. Komponen elektris gelombang
berubah 4,9 x 104 kali tiap detik. Molekul senyawa polar mencoba
menyusun dirinya kembali untuk mempertahankan kestabilan fase pelarut di tiap satuan
waktu. Namun, karena perubahan komponen elektris gelombang terlalu cepat,
molekul pelarut gagal untuk melakukan penyusunan kembali dan akhirnya bergetar
(vibrating). Hal ini menakibatkan panas melalui gaya friksional (Mandal et al., 2007).
Pelarut
|
Konstanta dielektrik
(20°C)
|
Momen Dipol (25°C) (Debye)
|
Heksana
|
1,89
|
<0,1
|
Aseton
|
20,7
|
2,69
|
Etanol
|
24,3
|
1,69
|
Metanol
|
32,6
|
2,87
|
Air
|
78,5
|
1,87
|
Sumber: Kaufmann
dan Christen (2002)
Terdapat dua parameter yang mempengaruhi sifat dielektrik bahan dan
pelarut. Pertama ε’’, faktor kehilangan dielektrik (dieletric loss factor)
yaitu efisiesi konversi energi gelombang mikro terserap menjadi panas, Kedua,
ε’, konstanta dielektrik yaitu polarisabilitas (polarizability) molekul
larutan dalam sebuah medan elektris. (Kaufmann dan Christen, 2002). Rasio kedua parameter disebut faktor
disipasi (dissipation factor), tan δ, yaitu efisiensi konversi energi
pada jenis larutan tertentu (Jain et al., 2009).
Pelarut
|
Konstanta Dielektrik (ε’)
F/m
|
Faktor Kehilangan
Dieletrik (ε’’) F/m
|
Air
|
80
|
12
|
Aseton
|
20,7
|
11,5
|
Metanol
|
23,9
|
15,4
|
Etanol
|
7
|
1,6
|
Heksana
|
1,88
|
0,00019
|
Sumber: Jain et
al. (2009)
Referensi
Referensi
Jain, T., Jain, V., Pandey, R., Vyas, A., &
Shukla, S. S. (2009). Microwave Assisted Extraction for Phytoconstituents – An
Overview. Asian Journal Research Chemistry , 1 (2), 19-25.
Kaufmann, B., &
Christen, P. (2002). Recent Extraction Techniques for Natural Products:
Microwave-assisted Extraction and Pressurised Solvent Extraction. Phytochemical
Analysis , 13, 105-113.
Mandal, V., Mohan, Y.,
& Hemalatha, S. (2007, January-May). Microwave Assisted Extraction – An
Innovative and Promising Extraction Tool for Medicinal Plant Research. Pharmacognosy
Reviews , 1 (1), pp. 7-18.
0 comment:
Post a Comment