Puffed Snack
Dewasa ini, permintaan konsumen lebih
berkembang dari sebelumnya, terutama dalam segmen makanan ringan. Konsumen
tertarik dengan berbagai macam jenis makanan ringan dan diikuti oleh pilihan
produk dan profil makanan ringan yang semakin luas. Ekstrusi merupakan proses
pengolahan yang baru berkembang di dunia pangan. Diharapkan ekstrusi dapat
memenuhi permintaan konsumen di atas. Salah satu jenis produk hasil ekstrusi panas (HTST/High Temperature Short Time) yang
populer di kalangan masyarakat adalah puffed
snack.
Berikut adalah tahap pengolahan waxy-corn secara ekstrusi direct-expanded dan satuan operasi yang
terjadi bersamaan dengan proses utama (Tate
& Lyle, 2005).
FEEDING
↓
PRECONDTIONING
Mixing | Moisture Equilibration | Partial Starch Gelatinization
↓
BARREL EXTRUSION (COOKING ZONE)
Complete Starch Gelatinization | Compression | Shearing
↓
DIE ZONE/CUTTER
Expansion | Shape Formation | Texture Development
↓
DRYING
↓
DIRECT EXPANDED SNACK
Ciri fisik puffed snack adalah ringan, renyah, densitas kamba rendah, kering,
dan tekstur mengembang (Huber, 2001). Karakteristik tersebut sangat dipengaruhi oleh
kandungan pati, protein, dan lemak. Senyawa-senyawa tersebut mengelami gelatinisasi
pati, pembentukan kompleks lemak-pati, denaturasi dan teksturisasi protein
sepanjang proses preconditioning, cooking, dan pengeluaran melalui die (Pratama, 2007). Penggunaan waxy-corn
pada produksi puffed snack dapat
memberikan karakteristik fisik yang baik selama proses ekstrusi maupun pada
produk akhirnya.
Peran Pati pada Puffed Snack
Pati memberikan
pengaruh besar pada proses ekspansi bahan selama ekstrusi dan kerenyahan produk
akhir (puffed snack). Pada pati,
terdapat fraksi amilosa dan amilopektin. Pada umunya, polimer amilopektin yang
memiliki tingkat percabangan tinggi meningkatkan viskositas dan pengembangan (expansion) adonan. Sebaliknya, amilosa
bertanggungjawab untuk memperkuat adonan dimana mempermudah dalam proses
pembetukan dan pemotongan, serta tekstur akhir yang lebih keras dan renyah (Phillips
& Williams, 2009). Hal di atas dipengaruhi oleh suhu tinggi ±250°C dan
tekanan tinggi 25 MPa selama proses ekstrusi
(Brennan, 2006).
Kondisi selama proses ekstrusi memungkinkan
terjadinya penguapan air bebas bahan. Pelepasan gas dan uap air menyebabkan
pembentukan struktur adonan puffed snack
yang berongga-rongga dan berisi gelembung gas di dalamnya sehingga menghasilkan
dinding-dinding adonan bergelembung yang tipis dan rapuh sejalan dengan
penurunan kadar air dan aw (Estiasih & Ahmadi, 2009). Air
sisanya terikat pada karbohidrat membetuk bound
water.
Pada puffed
snack, kerenyahan dipengaruhi oleh sejumlah air terikat pada matriks
karbohidrat yang mempengaruhi pergerakan relatif dari daerah kristalin dan
amorf (Phillips & Williams, 2009). Struktur amorf atau partially amorf dalam bahan pangan terbentuk karena berbagai proses
yang tergabung dalam proses ekstrusi. Struktur kristalin dan amorf mempengaruhi
bentuk lapisan padat uap air dalam bahan. Produk pangan yang kering renyah (dry crispy) atau crunchy memiliki struktur produk yang terdiri dari balok (beam) dan lapisan bahan padat yang
melingkupi gelembung udara (Jakubczyk, 2008).
Yellow Waxy-Corn |
Waxy-corn
Jagung pulut atau waxy-corn (Zea ceritina Kulesh)
adalah jagung yang telah mengalami modifikasi secara genetis. Rekayasa genetika
terhadap Wx dan wx mempengaruhi pati waxy-corn.
Pati waxy-corn digolongkan sebagai genetically modified starch. Hasil
rekayasa gen jagung ini diuji dengan mereaksikan larutan iodin terhadap pati waxy-corn dan diukur menggunakan metode
spektofotometri (intensitas warna biru) pada panjang gelombang 580nm(Subekti, 2008). Hal ini dilakukan dengan
memanfaatkan sifat afinitas iodin amilosa adalah 19%, sedangkan amilopektin
adalah hanya 1%.
Adanya gen tunggal waxy (wx) bersifat resesif epistasis yang terletak pada kromosom
sembilan mempengaruhi komposisi kimiawi pati, sehingga jumlah amilosa pati waxy-corn sangat sedikit. Struktur lokus wildtype-waxy ditentukan menggunakan DNA sequencing. Gen wx+ memiliki 3718 bp dengan 14 ekson dan 13
intron. Tanaman jagung yang memiliki karakter waxy secara heterogenus biasanya mengandung gen Wx Wx wx ataupun wx
wx Wx.
Lokus Wx mengkode enzim granule-bound pati, yaitu enzim NPD-glucose-starch glucosyltransferase.
Enzim sintase tersebut berperan penting dalam proses biosistesis amilosa. Gen
Wx mengkatalis ikatan 1,4 glikosida dari residu glukosa dalam sintesa amilosa
pada perkembangan endosperm jagung.
Enzim terdapat pada amiloplas dan merupakan komponen terbesar protein yang
berikatan dengan pati dalam jagung (Wikipedia,
2011).
Pada gen endosperm wx wx wx, aktivitas
enzim NPD-glucose-starch
glucosyltransferase sangat rendah. Aktivitas enzim tersebut berbanding
lurus terhadap jumlah gen Wx pada lokusnya. Pada gen Wx diploid, aktivitas
enzim glukosiltransferase lebih rendah dibanding jagung yang memiliki gen Wx
tetraploid. Namun, jumlah gen tersebut tidak berhubungan langsung terhadap
kandungan amilosa. Dengan mengurangi jumlah gen Wx, aktivitas enzim pembetukan
amilosa dapat dikurangi dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar
amilopektin pati (Wikipedia, 2011).
Bahan Baku pada Puffed Snack
Puffed
snack umumnya berbahan dasar pati jagung. Pati jagung alami (Zea mays averta) mengandung 26% amilosa
dan 74% amilopektin (Fu & Jin, 2007).
Suhu gelatinisasi pati jagung ±62-72°C,
suhu pasta (pasting) 80°C, dan
membentuk gel yang buram (opaque)
setelah pemasakan (Phillips & Williams, 2009). Jagung
sangat mudah untuk diekstrusi dan memberikan tekstur yang baik, serta biasanya
dapat langsung diterima oleh pasar (Burnea,
2001). Puffed snack memiliki
densitas bulk yang rendah karena
terjadi pengembangan volume (expansion).
Untuk mendapatkan pengembangan yang lebih
besar, biasanya industri puffed snack
menggunakan pati waxy-corn. Menurut Phillips & Williams (2009), komponen terbesarnya adalah amilopektin (~99%) dan memiliki
suhu gelatinisasi ±63-72°C, pasting
temperature 74°C, dan membentuk sifat kohesif. Komponen amilopektin
berpengaruh besar pada peningkatan viskositas dan ekspansi (Phillips & Williams, 2009). Karena kandungan
amilopektin waxy-corn lebih tinggi
dibanding jagung alami, waxy-corn
dapat memberi pengembangan lebih besar dibanding pati jagung alami.
Puffed Snack |
Daftar Pustaka
Brennan, J. G. (2006). Food Processing Handbook. In B. J. Dobraszczyk, Baking,
Extrusion and Frying (pp. 237-290). Weinheim: Wiley-VCH.
Burnea, O. (2001). Snack Foods from Formers and High-Shear Extruders. In
E. Lusas, Snack Food Proccessing . London: CRC Press.
Estiasih, & Ahmadi. (2009). Teknologi Pengolahan Pangan.
Malang: PT. Bumi Aksara.
Fu, Z., & Jin, T. (2007). Rheological Properties of Waxy Maize
Starch Pastes. Luoyang: Henan University of Science and Technology.
Huber, G. (2001). Snack Foods from Cooking Extruders. In E. Lusas, Snack
Food Processing. London: CRC Press.
Jakubczyk, E. (2008). Relationship between Water Activity of Crisp Bread
and Its Mechanical Properties and Structure. Polish Journal of Food and
Nutrition Science , 58, 45-51.
Phillips, G. O., & Williams, P. A. (2009). Handbook of Hydrocolloids.
In P. Taggart, & J. R. Mitchell, Starch (2nd ed., pp. 108-141).
Cambridge: Woodhead Publishing Limited.
Pratama, R. I. (2007). Kajian Mengenai Prinsip Dasar Teknologi Ekstrusi
Untuk Bahan Makanan dan Beberapa Aplikasinya Pada Hasil Perikanan.
Jatinagor: Universitas Padjadjaran.
Subekti, N. A. (2008). Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung.
Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Tate, & Lyle. (2005, April). Snack Application: New Direction in Snack
Food Ingredients. Decatur, Illinois, USA.
Wikipedia. (2011, March 3). Waxy Corn. Retrieved June 1, 2011, from
Wikipedia: http://www.wikipedia.org
0 comment:
Post a Comment