Pengeringan
Pengeringan merupakan metode preservasi
pangan kuno yang populer. Pengawetan daging, ikan, dan tanaman pangan
menggunakan pengeringan matahari atau udara telah dilakukan sejak jaman
prasejarah. Hingga saat ini, pengeringan masih menjadi satuan operasi penting
dalam kehidupan dan industri. Pengeringan didefinisikan sebagai penghilangan
air melalui proses evaporasi, dari bahan padat maupun cairan, dengan tujuan
untuk mendapatkan produk akhir berbentuk padat dengan kadar air (ataupun aw)
yang cukup rendah (Berk, 2009).
Di dalam industri pangan, pengeringan
ditujukan untuk maksud sebagai berikut.
- Pengawetan (sebagai akibat rendahnya aw).
- Pengubahan bahan pangan ke bentuk yang lebih nyaman dalam penyimpanan, pengemasan, distribusi, dan pemakaiannya.
- Pemberian sifat produk pangan yang spesifik (seperti kerenyahan, cita rasa, keuletan, dan sebagainya).
Kepentingan proses pengeringan dalam
operasi industri pangan mendorong pengembangan metode pengeringan yang efektif
dan efisien. Sayangnya, prinsip fisika fenomena kompleks yang terjadi pada
proses pengeringan tidak dapat bekerja untuk seluruh jenis bahan. Pemilihan
metode pengeringan dan kecepatannya sangat spesifik terhadap bahan apa yang
akan dikeringkan. Sehingga, perlu diketahui pengaruh bentuk bahan terhadap
kecepatan pengeringan.
Mekanisme Pengeringan
Pada pengeringan, mekanisme penghilangan air
melibatkan dua proses secara simultan, yaitu transfer panas (evaporasi air
bahan oleh panas sensible maupun panas laten) dan transfer massa uap air (hasil
evaporasi air bahan). Berdasarkan model transfer panas, pengeringan terbagi
menjadi: pengeringan konvektif dan pengeringan konduktif. Pada kasus freeze-drying (lyofilisasi), metode
penghilangan air bahan didasarkan pada sublimasi air pada pangan beku di bawah
kondisi vakum.
Kecepatan transfer panas diekspresikan
secara matematis sebagai berikut.
Q = Hs A (θa - θs)
Kecepatan
transfer massa uap air diekspresikan secara matematis sebagai berikut.
mc = Kg A (Hs - Ha)
Karena, selama masa kecepatan konstan,
titik keseimbangan terbentuk antara kecepatan transfer panas ke dalam bahan
pangan dan kecepatan transfer massa kehilangan uap air dari bahan pangan.
Kesetimbangan tersebut dinyatakan dengan model matematis berikut.
-mc = Hs A (θa - θs) λ-1
Dimana,
Q =
kecepatan transfer panas (J s-1)
θa = suhu rata-rata bola kering udara
(°C)
θs = suhu rata-rata bola basah udara
(°C)
-mc = kecepatan transfer massa uap (kg s-1)
Kg = koefisien transfer massa (kg m-2
s-1)
A = luas permukaan bahan
(m2)
Hs = kelembaban jenuh pada permukaan
makanan (kg air per kg udara kering)
Ha = kelembaban udara (kg air per kg
udara kering)
λ = panas laten vaporisasi pada suhu
bola basah (J kg-1)
Dari beberapa persamaan di atas, diketahui bahwa luas
permukaan bahan merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan. Luas
permukaan bahan berkorelasi positif terhadap baik kecepatan transfer massa
maupun kecepatan transfer panas. Secara langsung, luas permukaan dipengaruhi
oleh bentuk geometris bahan.
Pengaruh Bentuk Bahan secara Umum terhadap Kecepatan Pengeringan
Bentuk
bahan pangan tidak bisa dikelompokkan secara sempurna, misalnya kubus atau
bulat sempurna. Sangat sulit untuk mendapatkan bentuk-bentuk demikian dan
keseragamannya, namun dapat dilakukan estimasi dan perkiraan yang mendekati
bentuk sempurnanya. Di industri, bentuk dinyatakan dengan terminologi sphericity. Oleh karena itu, digunakan
persamaan berikut untuk menghitung luas permukaan bahan yang memiliki bentuk
secara umum.
A = 6m / (Ф ρp Dp)
Dimana,
A = luas permukaan bahan
(m2)
m =
massa bahan (kg)
Ф = kebolaan/sphericity
ρp =
densitas partikel (kg/m3)
Dp =
diameter partikel ekuivalen (m)
Berdasarkan persamaan di atas, luas permukaan
berkorelasi negatif terhadap diameter bahan ekuivalen. Secara teknis, perluasan
permukaan bahan dapat dilakukan dengan cara memperkecil diameter ekuivalen suatu
bahan. Kecilnya diameter ekuivalen bahan dapat berimplikasi pada penurunan
jarak sumber panas ke titik terdingin bahan (untuk kasus transfer panas) dan
jarak titik terjauh bahan dari permukaan bahan untuk mendifusi uap air (untuk
kasus transfer massa uap air). Pemendekan jarak ini dapat meningkatkan
kecepatan transfer panas dan transfer massa uap air secara simultan.
Pengaruh Bentuk Bahan secara Teoritis terhadap Kecepatan Pengeringan
Secara
realita, bentuk bahan mempengaruhi kecepatan pengeringan melalui rasio luas permukaan
(A) terhadap volume bahan (V). Diinginkan bahan dengan luas permukaan yang
tinggi dan volume bahan yang rendah (rasio luas permukaan:volume tinggi)
sehingga kecepatan pengeringan dapat meningkat. Berikut adalah contoh beberapa
bentuk geometris yang biasa ditemui di industri pangan.
Gambar
|
Nama
|
Rumus
A
|
Rumus
V
|
Rasio
A:V per unit volume
|
Tetrahedron
|
7,210
|
|||
Kubus
|
6a
|
6,000
|
||
Bola
|
4πa2
|
(4/3)πa2 |
4,836
|
Dari
perbandingan di atas, pada satuan volume bahan yang sama, diketahui bahwa
urutan bentuk bahan yang memiliki kecepatan transfer massa dan transfer panas
berturut-turut adalah tetrahedron, kubus, dan bola. Namun, sangatlah sulit
untuk medapatkan bahan-bahan pangan berbentuk dadu/kubus. Misalnya, pada
pengeringan biji pala, pengeringan susu, ataupun pengeringan sayur-sayuran. Sehingga,
untuk mendapatkan rasio luas permukaan:volume bahan yang tinggi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu: (1) meningkatkan luas permukaan bahan; dan (2)
menurunkan volume bahan. Dengan demikian, diharapkan dapat mempercepat
pengeringan bahan-bahan non-kubikal.
Pengaruh Bentuk Bahan secara Aplikasi terhadap Kecepatan Pengeringan
Dalam
industri pangan, banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan rasio luas
permukaan terhadap permukaan. Misalnya, pada pembuatan keripik singkong. Bahan
adonan yang awalnya menyerupai silinder diiris-iris sehingga menghasilkan bahan
adonan yang berbentuk slab. Pada
bentuk slab, jarak titik terdingin
adonan dengan sumber panas menjadi sangat pendek. Sehingga, lintasan yang
dilalui oleh panas (dari lingkungan/udara ke bahan) maupun uap air (dari bahan
ke lingkungan/udara) diminimalisir dan berakibat pada peningkatan kecepatan
pengeringan adonan.
Peningkatan
rasio luas permukaan:volume juga dapat dicapai melalui proses pengecilan
ukuran. Misalnya pada sayur-sayuran. Untuk membuat bubuk sayur (ataupun bubuk
buah), dilakukan proses pengecilan ukuran pada perlakuan pendahuluannya,
seperti pengirisan, pendaduan, shredding,
dan lain sebagainya. Sehingga, luas kontak permukaan bahan terhadap udara
pengering dapat meningkat. Hal ini dapat meningkatan kecepatan transfer panas
maupun transfer massa uap air pada pengeringan bahan-bahan tersebut.
Pada
industri susu bubuk, pengeringan dilakukan dengan metode spray drying. Metode ini melibatkan pengecilan ukuran susu dalam
bentuk cairan atau droplet susu. Ukuran droplet berkisar 10-200 μm. Dengan diameter
partikel susu yang relatif kecil dan kombinasi suhu udara pengering yang
tinggi, pengeringan dapat dilakukan dalam beberapa detik saja. Berdasarkan
persamaan matematis untuk perhitungan luas permukaan bahan secara umum,
diameter partikel ekuivalen memiliki korelasi negatif terhadap luas permukaan
bahan. Dengan demikian, luas permukaan susu menjadi meningkat dalam volume susu
yang sama.
Secara lebih konvensional, perluasan area kontak bahan
terhadap udara pengering dapat dicapai dengan pemerataan bahan. Misalnya, pada
industri rempah, pengeringan biji lada ataupun pods vanili dapat dilakukan lebih cepat dengan meratakan
bahan-bahan tersebut di bawah sinar matahari pada lahan yang luas. Pemerataan
bahan-bahan dapat dianalogikan sebagai proses pembentukan slab. Dengan pemerataan bahan, bahan tidak saling menumpuk dan
menghalangi transfer massa dan transfer panas dari matahari menuju rempah.
Pada
penelitian mengenai pengeringan serbuk kayu, bahan berbentuk flake-like dan cylinder-like dapat memberikan kecepatan pengeringan lebih tinggi
dibanding bentuk near spherical.
Menurut Lu (2002), jarak dari permukaan terjauh mengalami peningkatan suhu yang
paling rendah. Hal ini terjadi karena lintasan transfer panas dari udara
pengering menuju ke titik terdingin bahan relative panjang pada bentuk near spherical. Selain itu, dibandingkan
ketiga bentuk diatas, kehilangan massa sepanjang pengeringan lebih banyak
terjadi pada bentuk flake-like dan cylinder-like. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan luasan permukaan kontak bahan terhadap udara pengering dapat
mempercepat transfer massa uap air dan transfer panas (prose pengeringan).
Referensi
Beals, M. (2000). Sizes of Organisms: The Surface
Area:Volume Ration. New York: Cambridge University Press.
Berk, Z. (2009). Food Process Engineering and
Technology. New York: Elsevier Inc.
Brennan, J. G. (2006). Evaporation and Dehydration. In J. G. Brennan, Food Processing Handbook (pp. 71-121). Weinheim: Willey-VCH.
Fellows, P. J. (2000). Food Processing Technology.
Cambridge: Woodhead Publishing Limited.
Lu, H. (2002). Effects of Particle Shape and Size
on Black Liquor and Biomass Reactivity. Provo: Brigham Yong University
Press.
Sahin, S. (2006). Physical Properties of Foods.
New York: Springer.
United Nations Industrial Development Organization.
(2005). Herbs, Spices, and Essential Oils: Post-Harvest Operations in
Developing Countries. Rome: Food and Agriculture Organization of The
United Nations.
Hmm... good! good. Bisa kasih tau utk penerapannya gak? misal: utk pengeringan kerang atau pengeringan cabe utk cabe bubuk. trima kasih. ^^,
ReplyDelete